Pages

Saturday, April 18, 2020

Merokok Tidak Dapat Cegah Covid-19

Merokok Tidak Dapat Cegah Covid-19, Virus Corona Bisa Ditularkan Melalui Asap Rokok

Beberapa waktu lalu, sempat beredar artikel terkait merokok menjadi salah satu cara mencegah virus Corona (Covid-19).

Artikel tersebut juga mengutip dan menerjemahkan laman question and answer (Q&A) World Health Organization (WHO).

Dalam artikel tersebut tertulis sebagai berikut:

"Di Indonesia, selain 60% dari rokok yang kita hisap adalah pajak untuk negara, ternyata perokok tidak disukai Covid-19. Di balik semua kontroversi rokok ternyata kebiasaan merokok tersebut merupakan salah satu solusi dari WHO untuk anitisipasi Covid-19."

Artikel dengan judul "WHO: Merokok, Salah Satu Solusi Pencegahan Covid-19", yang ditayangkan pada Sabtu 7 Maret 2020, itu ternyata adalah berita hoaks.

Melansir turnbackhoax.id, informasi yang tertulis dalam artikel itu dinyatakan tidak benar.

Hal itu dikarenakan, WHO tak pernah menyebut bahwa aktivitas merokok dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus corona (Covid-19).

Faktanya, memang benar bahwa artikel tersebut mengutip informasi yang dikeluarkan oleh WHO pada bagian Q&A.

Namun, ternyata informasi tersebut telah dihapus dan diganti oleh WHO dengan informasi yang lebih valid.

Dengan demikian, pernyataan tersebut telah mematahkan anggapan bahwa merokok dapat mencegah atau mengobati Covid-19, yang justru merokok bisa berbahaya bagi tubuh.

Terkait hal ini, merokok bukan hanya tidak dapat mencegah atau mengobati Covid-19, tetapi asap rokok justru bisa menjadi sumber penularan Covid-19.

Kabar ini sebagaimana disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi. Dia mengatakan bahwa asap rokok juga bisa menjadi sumber penularan Covid-19.

Hal itu diungkapkan Adib Khumaidi saat menjadi narasumber di acara Sapa Indonesia Pagi Kompas TV pada Senin (13/4/2020).

"Perokok ini sebenarnya dua buat diri sendiri dengan Covid ini makin membuat dia mempunyai faktor risiko untuk terkena Covid, karena dia sudah ada problem di paru-parunya karena dia seorang perokok," kata Adib, dikutip dari Tribunnews.

Adib menyebut, apabila perokok itu tak mengeluarkan droplet memang tak masalah.

"Kedua pada saat kemudian dia merokok dan itu di dalam satu ruangan selama dia tidak droplet sih enggak masalah."

Namun, jika orang tersebut merokok di suatu ruangan dan asapnya terhirup orang lain dalam suatu ruangan, maka orang lain itu berpotensi terjangkit virus corona (Covid-19).

"Kalau dalam satu ruangan tertutup sehingga asapnya bisa kemana-mana itu bisa juga menjadi sumber penularan ke orang lain," jelasnya.

Adib kembali menegaskan bahwa asap rokok memang bisa menjadi sumber penularan, terlebih dalam radius satu meter dengan orang lain.

"Bisa kalau dalam ruangan itu, jadi kalau umpanya di jarak dekat, satu meter kemudian dia menghirup asap rokok yang dihirupkan perokok yang memang dia ada positif katakanlah itu bisa juga menjadi sumber penularan," ucapnya.(*)


Sumber :
https://health.grid.id/read/352111211/merokok-tidak-dapat-cegah-covid-19-virus-corona-bisa-ditularkan-melalui-asap-rokok?page=all

Wednesday, April 15, 2020

Jawaban IDI tentang Penularan COVID-19 Melalui Asap Rokok

Penularan COVID-19 Melalui Asap Rokok, Ini Jawaban IDI

15 Apr 2020, 14:00 WIB

Dr Daeng M. Faqih, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengatakan belum ada penelitian spesifik tentang penularan Covid-19 melalui asap rokok.

"Penularan itu melalui droplet, lalu apakah dengan asap rokok tadi bisa menularkan? Belum ada penelitian," kata dr Daeng seperti dikutip Antara, Selasa (14/4/2020).

Menurutnya, sejauh ini belum ada penelitian yang membuktikan asap rokok yang diembuskan pasien positif Covid-19 bisa menularkan virus. Namun, karena asap rokok tersebut masuk ke dalam saluran pernapasan atau tenggorokan, maka dikhawatirkan berpotensi menularkan.

Ia mengimbau masyarakat lebih berhati-hati. "Karena menghisap rokok itu sampai ke dalam tenggorokan, sangat dikhawatirkan asap yang dikeluarkan mengandung virus."

Pasien Covid-19 yang merokok lalu mengeluarkan droplet atau percikan air liur, bersin, dan batuk dapat menularkan virus kepada orang sekitarnya, imbuh dr Daeng.

"Kalau sudah sifatnya percikan maka itu bisa menulari."

Daeng menambahkan, di dalam saluran pernapasan manusia terdapat mekanisme untuk menangkap dan mengeluarkan kotoran, termasuk mikroorganisme yang masuk. Maka dari itu, perokok aktif akan lebih rentan terserang Covid-19.

Mekanisme saluran pernapasan menjadi rusak akibat kebiasaan merokok. Akibatnya, saluran pernapasan tidak bisa menyaring kotoran yang masuk.

"Jadi merokok itu merusak saluran pernapasan," pungkasnya.


Sumber :
https://www.liputan6.com/health/read/4227178/penularan-covid-19-melalui-asap-rokok-ini-jawaban-idi

Tuesday, April 7, 2020

Jangan Biarkan Rokok Merenggut Napas Kita

HTTS 2019: Jangan Biarkan Rokok Merenggut Napas Kita

Kamis, 11 Juli 2019

Saat ini Indonesia menghadapi ancaman serius akibat meningkatnya jumlah perokok, prevalensi perokok laki-laki di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dan diprediksi lebih dari 97 juta penduduk Indonesia terpapar asap rokok (Riskesdas, 2013). Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat lebih besar pada kelompok anak-anak dan remaja, Riskesdas 2018 menunjukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk usia 18 tahun dari 7,2% menjadi  9,1%.

Kajian Badan Litbangkes Tahun 2015 menunjukkan Indonesia menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya. Globocan 2018 menyatakan, dari total kematian akibat kanker di Indonesia, Kanker paru menempati urutan pertama penyebab kematian yaitu sebesar 12,6%. Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan 87% kasus kanker paru berhubungan dengan merokok.

Dalam berbagai riset, diketahui bahwa faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) utama yang bisa dicegah bersama adalah perilaku buruk merokok.

''Rokok merupakan faktor risiko penyakit yang memberikan kontribusi paling besar dibanding faktor risiko lainnya. Seorang perokok mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk terserang penyakit jantung koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kanker paru dan PTM lainnya,'' ungkap Menkes Nila F. Moeloek pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS), di kantor Kemenkes (11/7).

HTTS diperingati setiap tanggal 31 Mei. Tahun ini tema globalnya adalah Rokok dan Kesehatan Paru dengan subtema Jangan biarkan Rokok Merenggut Nafas Kita. Tema global ini dipilih  untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak konsumsi rokok terhadap kesehatan paru serta terjadinya beban penyakit yang berpengaruh terhadap index pembangunan manusia.

Kementerian Kesehatan bersama dengan Kementerian Lembaga terkait berupaya melakukan upaya pengendalian iklan dengan pembatasan iklan rokok di Internet. Sebagaimana diketahui promosi rokok di media sosial yang semakin marak dan mempengaruhi anak-anak untuk menjadi perokok pemula. Iklan rokok di internet telah melanggar Undang-Undang No.36 Tahun 2009.

Kondisi saat ini beban penyakit secara nasional terjadi transisi epidiomiologi tahun 1990 ke tahun 2017 dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Tren PTM meningkat sebesar >70%, secara nasional PTM memiliki beban DALYs paling besar dibandingkan penyakit menular dan cedera. Badan Litbangkes menunjukkan peringkat teratas beban penyakit/ DALYs di 34 Provinsi di Indonesia tahun 2017 sebagian besar disebabkan oleh PTM yaitu stroke, penyakit jantung, penyakit paru obstruksi kronik dan diabetes melitus. Hal ini sejalan dengan meningkatnya beban penyakit karena faktor risiko hipertensi, gula darah puasa, pola makan berisiko dan merokok. Lebih lanjut kita akan mendengarkan penjelasannya dari Kepala Badan Litbang.

Penyakit Tidak Menular semakin sering ditemukan di masyarakat, bahkan saat ini usia penderita PTM bergeser pada usia muda dan produktif. Akibatnya PTM merupakan salah satu tantangan besar dalam Pembangunan Kesehatan sekarang dan di masa mendatang. Sekitar 80% PTM diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, dan sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan.

''Contoh gaya hidup tidak sehat adalah pola makan tidak sehat, seperti kurang sayur dan buah, konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebih serta diperberat dengan aktifitas fisik yang kurang dan kebiasaan buruk mengkonsumsi rokok dan alkohol,'' kata Menkes.

Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) tahun 2017, sebanyak 10.801.787 juta orang atau 5,7% peserta JKN mendapat pelayanan untuk penyakit katastropik dan menghabiskan biaya kesehatan sebesar 14,6 triliun rupiah atau 21,8% dari seluruh biaya pelayanan kesehatan dengan komposisi peringkat penyakit jantung sebesar 50,9% atau 7,4 triliun, penyakit ginjal kronik sebesar 17,7% atau 2,6 triliun rupiah.

WHO tahun 2017 menunjukkan bahwa di dunia setiap tahun terjadi kematian dini akibat PTM pada kelompok usia di 30-69 tahun sebanyak 15 juta. Sebanyak 7,2 juta  kematian tersebut diakibatkan konsumsi produk tembakau dan 70% kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok, terlihat lebih besar pada usia muda dibandingkan pada usia dewasa. Hasil pendataan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga ditemukan anggota keluarga yang merokok di rumah sebesar 55,6%, hal ini menjadi dasar upaya pengendalian konsumsi produk tembakau di Indonesia dilakukan melalui kebijakan kawasan tanpa rokok untuk melindungi masyarakat dari paparan asap rokok.


Sumber :
https://www.kemkes.go.id/article/view/19071100001/htts-2019-jangan-biarkan-rokok-merenggut-napas-kita.html

Setahun, Kematian karena Konsumsi Rokok di Indonesia Lebih dari 230.000

11 Juli 2019

Kajian Badan Litbangkes tahun 2015 menunjukkan, Indonesia menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya.

Kajian Badan Litbangkes tahun 2015 menunjukkan, Indonesia menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya.

Menteri Kesehatan Nila F Moelek menyampaikan hal tersebut saat memaparkan ancaman bahaya rokok di Gedung Kementerian Kesehatan pada Kamis (11/7/2019), dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) yang jatuh pada 31 Mei 2019.

Nila menyebut, bahwa data Globocan 2018 menunjukkan dari total kematian akibat kanker di Indonesia, kanker paru menempati urutan pertama penyebab kematian yaitu sebesar 12,6 persen.

Sementara, berdasarkan data Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan 87 persen kasus kanker paru berhubungan dengan merokok.

Dalam berbagai riset, diketahui bahwa faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) utama yang bisa dicegah bersama adalah perilaku buruk merokok.

“Rokok merupakan faktor risiko penyakit yang memberikan kontribusi paling besar dibanding faktor risiko lainnya. Seorang perokok mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk terserang penyakit jantung koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kanker paru dan PTM lainnya,” ungkap Nila.

Saat ini, menurut data Riset Kesehatan, Indonesia menghadapi ancaman serius akibat meningkatnya jumlah perokok. Prevalensi perokok laki–laki di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dan diprediksi lebih dari 97 juta penduduk Indonesia terpapar asap rokok.

Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat lebih besar pada kelompok anak-anak dan remaja.

Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk berusia ≤18 tahun dari 7,2 persen menjadi 9,1 persen

Untuk meminimalisir konsumsi rokok, Kementerian Kesehatan bersama dengan lembaga terkait berupaya melakukan upaya pengendalian iklan dengan pembatasan iklan rokok di Internet.

Sebagaimana diketahui promosi rokok di media sosial yang semakin marak dan mempengaruhi anak-anak untuk menjadi perokok pemula sehingga dianggap telah melanggar UU No. 36 tahun 2009.


Sumber :
https://lifestyle.bisnis.com/read/20190711/106/1122977/setahun-kematian-karena-konsumsi-rokok-di-indonesia-lebih-dari-230.000

WHO: 40 Persen Perokok di Dunia Meninggal karena Penyakit Paru-Paru


03/06/2019

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan lebih dari 40 persen perokok di dunia meninggal karena penyakit paru-paru, seperti kanker, penyakit pernapasan kronis, dan TBC. Peringatan itu datang menjelang Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada Jumat ini, dengan tema, "Jangan biarkan tembakau merenggut napas kita".

WHO mengatakan, setiap tahun penggunaan tembakau membunuh setidaknya delapan juta orang. Badan PBB itu melaporkan 3,3 juta pengguna akan meninggal karena penyakit yang terkait paru-paru. Jumlah ini termasuk orang yang terpapar asap rokok orang lain, di antaranya lebih dari 60.000 anak di bawah usia lima tahun yang meninggal akibat infeksi saluran bawah pernapasan karena merokok pasif.

Vinayak Prasad pejabat sementara direktur Departemen WHO untuk Pencegahan Penyakit Tidak Menular mengatakan kerugian ekonomi global akibat penggunaan tembakau adalah 1,4 triliun dollar AS. Ini disebabkan oleh biaya kesehatan, hilangnya produktivitas akibat penyakit itu dan biaya lain yang disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan merokok.

Ia mengatakan baik nyawa dan uang bisa diselamatkan jika orang berhenti merokok. "Kita juga akan menyaksikan jika orang yang merokok, hampir 20 persen di dunia yang merokok, jika mereka berhenti sebagian keuntungannya sebenarnya bisa diperoleh sangat cepat, khususnya untuk paru-paru. Dalam dua minggu, fungsi paru-paru akan mulai normal," kata Prasad.

Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan secara global, kecenderungan merokok sudah turun dari 27 persen pada tahun 2000 menjadi 20 persen pada tahun 2016. Namun WHO, mencatat bahwa jumlah pengguna tembakau di seluruh dunia tetap stabil pada 1,1 miliar karena pertumbuhan populasi.

Kerstin Schotte petugas teknis WHO di departemen yang sama dengan Prasad mencatat penurunan tajam dalam kecenderungan merokok di negara-negara kaya, dibandingkan dengan yang lebih miskin.

"Dan, di beberapa negara berpendapatan rendah dan menengah bahkan mengalami peningkatan angka kecenderungan merokok. Ke negara-negara inilah industri tembakau saat ini beralih. Mereka mengetahui, tembakau tidak disukai di Eropa dan Amerika utara sehingga mereka beralih ke negara-negara berpendapatan rendah dan menengah menyasar utamanya perempuan dan anak-anak di sana," ujarnya.

WHO merekomendasikan sejumlah langkah efektif dan murah yang bisa dilakukan untuk mengurangi konsumsi tembakau. Langkah Ini termasuk menciptakan lingkungan bebas rokok, memberlakukan larangan terhadap semua bentuk iklan tembakau, promosi dan sponsor. WHO juga menyarankan untuk mengenakan pajak tinggi atas penjualan rokok dan produk tembakau lainnya agar tidak terjangkau bagi banyak orang, terutama anak muda.


Sumber :
https://sains.kompas.com/read/2019/06/03/170200823/who--40-persen-perokok-di-dunia-meninggal-karena-penyakit-paru-paru-.

Tiap Semenit, 10 Orang Meninggal di Dunia Akibat Rokok

Kamis, 31 Mei 2018 08:52 WIB

Berlin - Setiap menit, hampir 11 juta batang rokok diisap di dunia dan 10 orang meninggal karenanya. Di Indonesia, 76% pria dewasa merokok. Berikut adalah beberapa fakta dan angkanya.
Terdapat sekitar satu miliar perokok di dunia atau sekitar sepertujuh dari populasi global, menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) dan studi lainnya.

Cina menempati angka tertinggi: dari penduduknya 1,3 miliar, sekitar 315 jutanya adalah perokok dan mereka mengonsumsi lebih dari sepertiga dari rokok dunia, demikian WHO menyebutkan dalam sebuah laporan tahun lalu. Namun jika dilihat dari prosentase penduduk, Indonesia menempati prosentase penduduk sebagai perokok terbesar di dunia: 76 persen pria berusia di atas 15 tahun tercatat sebagai perokok. Sekitar 80 persen perokok dunia hidup di negara berpenghasilan rendah dan menengah dan 226 juta di antaranya dianggap miskin.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet pada April 2017 mengatakan persentase orang yang menggunakan tembakau setiap hari telah menurun dalam 25 tahun. Satu dari empat pria dan satu dari 20 perempuan merokok setiap hari pada tahun 2015. Angka itu turun dari jumlah sebelumnya, satu dari tiga pria dan satu dari 12 perempuan pada tahun 1990.


Peraturan yang lemah

Tetapi penurunan tingkat merokok di beberapa negara "hampir seluruhnya diimbangi oleh meningkatnya konsumsi di banyak negara dengan peraturan pengendalian tembakau yang lemah," kata organisasi anti-rokok: The Tobacco Atlas. Ini termasuk di bagian dunia yang lebih miskin, khususnya di sub-Sahara Afrika.

Penggunaan tembakau telah menurun di tempat-tempat seperti Australia, Brasil dan Inggris, di mana tindakan anti-merokok termasuk pajak yang lebih tinggi, larangan dan peringatan kesehatan. Rokok elektronik juga telah memasuki pasar. Penjualan tembakau bahkan menurun di Cina, turun 10 persen dari puncaknya pada tahun 2012, menurut kelompok riset pasar Euromonitor International.

Tembakau adalah penyebab utama kematian yang bisa dicegah, kata para ahli. Merokok aktif atau pasif membunuh lebih dari tujuh juta orang setiap tahun, demikian menurut WHO, dengan konsumsi tembakau yang dianggap sebagai penyebab atas kematian rata-rata satu orang setiap enam detik.

Seorang dokter di Kota Goch, Jerman, Henky Kusdian mengatakan kepada DW bahwa rokok terbukti berbahaya bagi kesehatan manusia: "Merokok merusak pembuluh darah, paru-paru dan jantung pada manusia." Ancaman utama kesehatan lainnya akibat rokok adalah kanker dan stroke.

Selama abad ke-20, tembakau merenggut 100 juta jiwa - lebih dari 60-80 juta kematian selama Perang Dunia II dan 18 juta dalam Perang Dunia I bila digabungkan. Saat ini, tembakau dapat menyebabkan lebih dari satu miliar angka kematian pada abad ke-21, demikian ditegaskan WHO.


Angka lainnya

Merokok menghabiskan hampir enam persen dari pengeluaran dunia untuk perawatan kesehatan serta hampir dua persen dari produk domestik bruto (PDB) global, demikian menurut studi Januari 2017 di jurnal ilmiah, Tobacco Control.

Di seluruh dunia 4,3 juta hektar lahan digunakan untuk perkebunan tembakau, papar WHO. Sementara penjualan rokok bernilai lebih dari 680 miliar dollar AS per tahun, demikian menurut Euromonitor.

Cina adalah penghasil utama tembakau, dengan menanam sekitar 40 persen pasokan tembakau dunia, tandas The Tobacco Atlas. Lima perusahaan menguasai 80 persen pasar rokok global. Enam perusahaan terbesar menghasilkan laba lebih dari 62 miliar dollar AS pada tahun 2015.

Perokok di dunia menghabiskan sekitar 5,7 triliun batang rokok setiap tahun, demikian data yang dihimpun The Tobacco Atlas. Filter yang terbuat dari selulosa asetat non-biodegradable telah menjadi jenis sampah yang paling banyak terdapat di pantai-pantai dunia.


Sumber :
https://news.detik.com/dw/d-4046369/tiap-semenit-10-orang-meninggal-di-dunia-akibat-rokok

Thursday, April 2, 2020

Bahaya Perokok Pasif 3 Kali Perokok Aktif

Menghirup asap rokok orang lain lebih berbahaya dibandingkan menghisap rokok sendiri. Bahkan bahaya yang harus ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari bahaya perokok aktif.

Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya.

Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. "Namun konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yang ia hembuskan."

Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.

Berikut sejumlah zat berbahaya yang terkandung di sebuah batang rokok:

Tar
- Dalam tubuh manusia, tar memicu terjadinya iritasi paru-paru dan kanker.
- Dalam tubuh perokok pasif, tar akan terkonsentrasi tiga kali lipat dibandingkan dalam tubuh perokok aktif.

Nikotin
- Dalam tubuh manusia menimbulkan efek adiksi atau candu yang memicu peningkatan konsumsi.
- Dalam tubuh perokok pasif, nikotin akan terkonsentrasi tiga kali lipat dibandingkan dalam tubuh perokok aktif.

Karbon Monoksida
- Merupakan gas berbahaya yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam tubuh. Pengikatan oksigen oleh karbon monoksida inilah yang kemudian memicu terjadinya penyakit jantung.
- Dalam tubuh perokok pasif, gas berbahaya ini akan terkonsentrasi tiga kali lipat dibandingkan dalam tubuh perokok aktif.

Bahan kimia berbahaya
- Berupa gas dan zat berbahaya yang jumlahnya mencapai ribuan. Di tubuh manusia, bahan kimia berbahaya ini meningkatkan risiko penyakit kanker.
- Dalam tubuh perokok pasif, bahan kimia berbahaya ini akan terkonsentrasi 50 kali lipat dibandingkan dalam tubuh perokok aktif.

Mengutip hasil kajian WHO, Budi mengatakan, lingkungan bebas asap rokok merupakan satu-satunya strategi efektif untuk memberikan perlindungan bagi perokok pasif.

Penyediaan smoking area juga tak sepenuhnya melindungi para perokok pasif dari bahaya rokok. "Penyediaan smoking area di dalam gedung sama halnya dengan kencing di sudut kolam renang, akan menyatu juga," ujarnya. "Asap tetap akan menembus ventilasi."

Data Global Youth Survey tahun 1999-2006, sebanyak 81 persen anak usia 13-15 tahun di Indonesia terpapar asap rokok di tempat umum atau menjadi perokok pasif. "Padahal rata-rata persentase dunia hanya 56 persen," ujarnya.

Survei tersebut juga menunjukkan, lebih dari 150 juta penduduk Indonesia menjadi perokok pasif di rumah, di perkantoran, di tempat umum, di kendaraan umum.

Sedangkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004 menunjukkan, lebih dari 87 persen perokok aktif merokok di dalam rumah ketika sedang bersama anggota keluarganya. Survei ini juga menemukan 71 persen rumah tangga memiliki pengeluaran untuk merokok.


Sumber :
https://www.viva.co.id/berita/metro/68948-bahaya-perokok-pasif-3-kali-perokok-aktif

Perokok Pasif Tampung 75 Persen Asap Rokok


Bagi siapapun yang tidak merokok, informasi yang dikeluarkan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencengangkan. Bagaimana tidak, ternyata perokok aktif hanya menghisap 25 persen asap rokok yang berasal dari ujung yang terbakar, sementara 75 persen lainnya untuk yang mengisap asapnya.

Tidak itu saja, mereka yang tidak merokok atau perokok pasif  juga ketambahan separuh asap yang diembuskan si perokok. Yang jelas, dari hembusan asap rokok tersebut para perokok pasif mengisap 4.000 jenis bahan kimia saat terpapar asap rokok orang lain.

Dari sekian banyak bahan kimia tersebut ada 3 jenis bahan kimia beracun yang paling mematikan di dalam asap rokok. Bahan tersebut adalah tar, nikotin dan karbon monoksida. Tar dapat mengiritasi paru-paru dan menyebabkan kanker. Nikotin adalah racun yang menyebabkan kecanduan.

Zat yang dapat bergabung dengan zat beracun lain ini dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sedangkan karbon monoksida adalah gas beracun yang menghalangi masuknya oksigen ke dalam tubuh.

Nah, YLKI menuliskan dengan amat jelas, para perokok pasif mengisap tar tiga kali lebih banyak, nikotin tiga kali lebih banyak, dan karbon monoksida lima kali lebih banyak daripada si perokok sendiri.

Fakta ini tidak bisa dianggap remeh jika melihat berbagai penyakit yang bisa ditimbulkan dari asap rokok. Asap rokok itu meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker paru hingga 30 persen. Selain itu juga terkait dengan penyakit kronis lainnya seperti kanker mulut, kanker lambung dan kanker hati bisa meningkat hingga 8,17 kali lebih besar.

Asap rokok juga berdampak pada kehamilan dengan resiko bayi prematur, sindroma kematian bayi mendadak, pertumbuhan janin terhambat dan keguguran. Terakhir, anak-anak dengan orangtua perokok aktif berisiko menderita penyakit napas, misalnya asma, dua kali lebih besar dari anak yang orangtuanya tidak merokok.

Selain penyakit napas, anak tersebut juga berisiko terkena penyakit telinga tengah dan mengalami keterlambatan pertumbuhan dan menurunnya fungsi paru.


Sumber :
https://nasional.kompas.com/read/2009/05/11/23253644/perokok.pasif.tampung.75.persen.asap.rokok.
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-paru-kronik/page/29/75-persen-bahaya-asap-rokok-akan-dirasakan-oleh-perokok-pasif

Bahaya Perokok Pasif


Menurut Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)
§25 % zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok
§75 % beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya.

Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.

Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. "Namun konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yang ia hembuskan."

Merokok menyebabkan 440,000 kematian prematur di US. Kematian ini disebabkan kanker 40%, stroke dan penyakit jantung 35%, dan penyakit paru 25%

Hasil penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2009: Setiap 6 Detik 1 Orang Tewas akibat Rokok

Tembakau telah merenggut hampir 5 juta jiwa setahun dan jumlah itu diperkirakan meningkat dua kali lipat dalam 25 tahun mendatang. Dengan tingkat konsumsi yang ada saat ini, jumlah perokok diperkirakan meningkat dari 1,3 miliar pada 2010 menjadi 1,7 miliar pada 2025. Dimana 70 persen dari jumlah itu terjadi di negara berkembang.


Sumber :
http://gerakanperlindunganperokokpasif.blogspot.com/2012/05/bahaya-perokok-pasif.html

Related Posts