Pages

Monday, November 23, 2020

Asap Kendaraan vs Asap Rokok

Mana Lebih Berbahaya, Asap Kendaraan atau Asap Rokok?

dr. Nabila Viera Yovita

28 Oct 2020, 10:30 WIB


Asap rokok dan asap kendaraan sama-sama dapat merugikan kesehatan. Di antara keduanya, mana yang sebenarnya paling berbahaya? Asap kendaraan dan asap rokok adalah dua sumber polusi yang paling sering ditemukan. Keduanya sama-sama dapat mengancam kesehatan, terutama bagi orang yang tinggal di kota-kota besar.

Jika dibandingkan antara asap kendaraan dan asap rokok, mana yang paling buruk untuk kondisi kesehatan? Atau, dua-duanya sama buruknya? Yuk, cari tahu kebenarannya!


Bahaya Asap Kendaraan

Mobil, truk, dan bus memproduksi polusi udara sepanjang digunakan, termasuk yang diemisikan saat mengoperasikannya. 

Polusi udara digolongkan menjadi dua: polusi primer yang langsung diemisikan ke atmosfer; dan polusi sekunder yang merupakan hasil dari reaksi kimia antara polutan yang ada di atmosfer. Polutan utama yang diemisikan kendaraan bermesin adalah Particulate Matter (PM), Volatile Organic Compounds (VOCs), Karbon monoksida (CO), Sulfur dioksida (SO2), dan gas rumah kaca.

Zat kimia tersebut dapat menimbulkan dampak buruk berikut apabila terus-menerus masuk ke dalam tubuh:


Penyakit Paru

Particulate Matter (PM) adalah partikel halus yang besarnya satu per sepuluh diameter rambut manusia. 

Senyawa ini dapat menjadi polutan utama maupun sekunder dari hidrokarbon, nitrogen oksida maupun sulfur oksida, yang dapat menyebabkan iritasi ringan pada saluran pernapasan hingga memperberat kondisi penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).


Kanker

Volatile Organic Compounds (VOCs) dapat bereaksi dengan nitrogen oksida, yang dapat memicu batuk, rasa tercekik, dan menurunkan kapasitas paru. 

Senyawa VOCs yang merupakan emisi dari mobil, truk, dan bus juga melibatkan polutan lainnya seperti benzen, asetaldehid dan 1,3-butadien yang berhubungan dengan beberapa jenis kanker.


Mengurangi kadar oksigen dalam tubuh

Karbon monoksida (CO) yang tidak berwarna dan tidak berbau dapat menjadi gas beracun yang mematikan. 

Ketika dihirup, senyawa tersebut memblokir oksigen untuk bisa sampai ke otak, jantung, dan berbagai organ vital lainnya. Akibatnya dapat menyebabkan penurunan kesadaran hingga kematian.


Asma

Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari solar dan batubara dapat bereaksi di atmosfer dan membentuk partikel kecil. Polutan ini dapat mengancam kesehatan anak-anak dan penderita asma.


Sumber :

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3224316/mana-lebih-berbahaya-asap-kendaraan-atau-asap-rokok

Sunday, September 20, 2020

Asap Rokok Bisa Tularkan Virus Corona?

Asap Rokok Bisa Tularkan Virus Corona? Ini Jawaban Pakar

Para ahli mengatakan virus Corona kemungkinan bisa menularkan virus Corona COVID-19, meskipun tidak secara langsung. 

Bagaimana caranya?

Kepala staf medis American Lung Association, Albert Rizzo, menyebutkan bahwa droplet bisa keluar bersamaan dengan asap rokok yang dihembuskan saat merokok. Droplet itulah yang kemungkinan bisa menularkan virus Corona ke orang lain.

"Seseorang berpotensi menyebarkan virus bukan hanya saat tidak memakai masker saja. Tetapi, mereka yang perokok juga bisa menghembuskan banyak droplet ke orang-orang yang ada di sekitarnya, sehingga berpotensi terinfeksi virus tersebut," jelas Rizzo yang dikutip dari Fox News, Jumat

Seperti yang diketahui, virus Corona disebut bisa menyebar melalui berbagai cara. Mulai dari melalui droplet, kemungkinan penularan melalui udara di ruangan tertutup, permukaan yang terkontaminasi, hingga temuan virus Corona pada limbah manusia.

Asap rokok mengandung ratusan bahan kimia beracun, dan setidaknya 70 di antaranya bisa menyebabkan kanker. Asap rokok juga bisa mengurangi fungsi paru-paru, menyebabkan asma, penyakit jantung, kanker paru-paru, hingga stroke.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), penyakit-penyakit tersebut bisa berkomplikasi dengan infeksi virus Corona.

Salud Amerika, salah satu organisasi kesehatan yang berbasis di Texas mengatakan, meskipun asap rokok sudah hilang, asap itu akan menempel pada debu, pakaian, dinding, hingga permukaan lainnya. Hal ini bisa menjadi sumber virus Corona.

"Debu mungkin mengandung partikel aerosol atau asap yang berukuran lebih besar daripada virus Corona. Itu sebabnya munculah kemungkinan bahwa mereka bisa mengandung COVID-19," ujar tim peneliti Ilmu dan Teknologi Lingkungan.


Sumber :

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5123727/asap-rokok-bisa-tularkan-virus-corona-ini-jawaban-pakar

Saturday, April 18, 2020

Merokok Tidak Dapat Cegah Covid-19

Merokok Tidak Dapat Cegah Covid-19, Virus Corona Bisa Ditularkan Melalui Asap Rokok

Beberapa waktu lalu, sempat beredar artikel terkait merokok menjadi salah satu cara mencegah virus Corona (Covid-19).

Artikel tersebut juga mengutip dan menerjemahkan laman question and answer (Q&A) World Health Organization (WHO).

Dalam artikel tersebut tertulis sebagai berikut:

"Di Indonesia, selain 60% dari rokok yang kita hisap adalah pajak untuk negara, ternyata perokok tidak disukai Covid-19. Di balik semua kontroversi rokok ternyata kebiasaan merokok tersebut merupakan salah satu solusi dari WHO untuk anitisipasi Covid-19."

Artikel dengan judul "WHO: Merokok, Salah Satu Solusi Pencegahan Covid-19", yang ditayangkan pada Sabtu 7 Maret 2020, itu ternyata adalah berita hoaks.

Melansir turnbackhoax.id, informasi yang tertulis dalam artikel itu dinyatakan tidak benar.

Hal itu dikarenakan, WHO tak pernah menyebut bahwa aktivitas merokok dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus corona (Covid-19).

Faktanya, memang benar bahwa artikel tersebut mengutip informasi yang dikeluarkan oleh WHO pada bagian Q&A.

Namun, ternyata informasi tersebut telah dihapus dan diganti oleh WHO dengan informasi yang lebih valid.

Dengan demikian, pernyataan tersebut telah mematahkan anggapan bahwa merokok dapat mencegah atau mengobati Covid-19, yang justru merokok bisa berbahaya bagi tubuh.

Terkait hal ini, merokok bukan hanya tidak dapat mencegah atau mengobati Covid-19, tetapi asap rokok justru bisa menjadi sumber penularan Covid-19.

Kabar ini sebagaimana disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi. Dia mengatakan bahwa asap rokok juga bisa menjadi sumber penularan Covid-19.

Hal itu diungkapkan Adib Khumaidi saat menjadi narasumber di acara Sapa Indonesia Pagi Kompas TV pada Senin (13/4/2020).

"Perokok ini sebenarnya dua buat diri sendiri dengan Covid ini makin membuat dia mempunyai faktor risiko untuk terkena Covid, karena dia sudah ada problem di paru-parunya karena dia seorang perokok," kata Adib, dikutip dari Tribunnews.

Adib menyebut, apabila perokok itu tak mengeluarkan droplet memang tak masalah.

"Kedua pada saat kemudian dia merokok dan itu di dalam satu ruangan selama dia tidak droplet sih enggak masalah."

Namun, jika orang tersebut merokok di suatu ruangan dan asapnya terhirup orang lain dalam suatu ruangan, maka orang lain itu berpotensi terjangkit virus corona (Covid-19).

"Kalau dalam satu ruangan tertutup sehingga asapnya bisa kemana-mana itu bisa juga menjadi sumber penularan ke orang lain," jelasnya.

Adib kembali menegaskan bahwa asap rokok memang bisa menjadi sumber penularan, terlebih dalam radius satu meter dengan orang lain.

"Bisa kalau dalam ruangan itu, jadi kalau umpanya di jarak dekat, satu meter kemudian dia menghirup asap rokok yang dihirupkan perokok yang memang dia ada positif katakanlah itu bisa juga menjadi sumber penularan," ucapnya.(*)


Sumber :
https://health.grid.id/read/352111211/merokok-tidak-dapat-cegah-covid-19-virus-corona-bisa-ditularkan-melalui-asap-rokok?page=all

Wednesday, April 15, 2020

Jawaban IDI tentang Penularan COVID-19 Melalui Asap Rokok

Penularan COVID-19 Melalui Asap Rokok, Ini Jawaban IDI

15 Apr 2020, 14:00 WIB

Dr Daeng M. Faqih, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengatakan belum ada penelitian spesifik tentang penularan Covid-19 melalui asap rokok.

"Penularan itu melalui droplet, lalu apakah dengan asap rokok tadi bisa menularkan? Belum ada penelitian," kata dr Daeng seperti dikutip Antara, Selasa (14/4/2020).

Menurutnya, sejauh ini belum ada penelitian yang membuktikan asap rokok yang diembuskan pasien positif Covid-19 bisa menularkan virus. Namun, karena asap rokok tersebut masuk ke dalam saluran pernapasan atau tenggorokan, maka dikhawatirkan berpotensi menularkan.

Ia mengimbau masyarakat lebih berhati-hati. "Karena menghisap rokok itu sampai ke dalam tenggorokan, sangat dikhawatirkan asap yang dikeluarkan mengandung virus."

Pasien Covid-19 yang merokok lalu mengeluarkan droplet atau percikan air liur, bersin, dan batuk dapat menularkan virus kepada orang sekitarnya, imbuh dr Daeng.

"Kalau sudah sifatnya percikan maka itu bisa menulari."

Daeng menambahkan, di dalam saluran pernapasan manusia terdapat mekanisme untuk menangkap dan mengeluarkan kotoran, termasuk mikroorganisme yang masuk. Maka dari itu, perokok aktif akan lebih rentan terserang Covid-19.

Mekanisme saluran pernapasan menjadi rusak akibat kebiasaan merokok. Akibatnya, saluran pernapasan tidak bisa menyaring kotoran yang masuk.

"Jadi merokok itu merusak saluran pernapasan," pungkasnya.


Sumber :
https://www.liputan6.com/health/read/4227178/penularan-covid-19-melalui-asap-rokok-ini-jawaban-idi

Tuesday, April 7, 2020

Jangan Biarkan Rokok Merenggut Napas Kita

HTTS 2019: Jangan Biarkan Rokok Merenggut Napas Kita

Kamis, 11 Juli 2019

Saat ini Indonesia menghadapi ancaman serius akibat meningkatnya jumlah perokok, prevalensi perokok laki-laki di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dan diprediksi lebih dari 97 juta penduduk Indonesia terpapar asap rokok (Riskesdas, 2013). Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat lebih besar pada kelompok anak-anak dan remaja, Riskesdas 2018 menunjukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk usia 18 tahun dari 7,2% menjadi  9,1%.

Kajian Badan Litbangkes Tahun 2015 menunjukkan Indonesia menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya. Globocan 2018 menyatakan, dari total kematian akibat kanker di Indonesia, Kanker paru menempati urutan pertama penyebab kematian yaitu sebesar 12,6%. Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan 87% kasus kanker paru berhubungan dengan merokok.

Dalam berbagai riset, diketahui bahwa faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) utama yang bisa dicegah bersama adalah perilaku buruk merokok.

''Rokok merupakan faktor risiko penyakit yang memberikan kontribusi paling besar dibanding faktor risiko lainnya. Seorang perokok mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk terserang penyakit jantung koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kanker paru dan PTM lainnya,'' ungkap Menkes Nila F. Moeloek pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS), di kantor Kemenkes (11/7).

HTTS diperingati setiap tanggal 31 Mei. Tahun ini tema globalnya adalah Rokok dan Kesehatan Paru dengan subtema Jangan biarkan Rokok Merenggut Nafas Kita. Tema global ini dipilih  untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak konsumsi rokok terhadap kesehatan paru serta terjadinya beban penyakit yang berpengaruh terhadap index pembangunan manusia.

Kementerian Kesehatan bersama dengan Kementerian Lembaga terkait berupaya melakukan upaya pengendalian iklan dengan pembatasan iklan rokok di Internet. Sebagaimana diketahui promosi rokok di media sosial yang semakin marak dan mempengaruhi anak-anak untuk menjadi perokok pemula. Iklan rokok di internet telah melanggar Undang-Undang No.36 Tahun 2009.

Kondisi saat ini beban penyakit secara nasional terjadi transisi epidiomiologi tahun 1990 ke tahun 2017 dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Tren PTM meningkat sebesar >70%, secara nasional PTM memiliki beban DALYs paling besar dibandingkan penyakit menular dan cedera. Badan Litbangkes menunjukkan peringkat teratas beban penyakit/ DALYs di 34 Provinsi di Indonesia tahun 2017 sebagian besar disebabkan oleh PTM yaitu stroke, penyakit jantung, penyakit paru obstruksi kronik dan diabetes melitus. Hal ini sejalan dengan meningkatnya beban penyakit karena faktor risiko hipertensi, gula darah puasa, pola makan berisiko dan merokok. Lebih lanjut kita akan mendengarkan penjelasannya dari Kepala Badan Litbang.

Penyakit Tidak Menular semakin sering ditemukan di masyarakat, bahkan saat ini usia penderita PTM bergeser pada usia muda dan produktif. Akibatnya PTM merupakan salah satu tantangan besar dalam Pembangunan Kesehatan sekarang dan di masa mendatang. Sekitar 80% PTM diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, dan sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan.

''Contoh gaya hidup tidak sehat adalah pola makan tidak sehat, seperti kurang sayur dan buah, konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebih serta diperberat dengan aktifitas fisik yang kurang dan kebiasaan buruk mengkonsumsi rokok dan alkohol,'' kata Menkes.

Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) tahun 2017, sebanyak 10.801.787 juta orang atau 5,7% peserta JKN mendapat pelayanan untuk penyakit katastropik dan menghabiskan biaya kesehatan sebesar 14,6 triliun rupiah atau 21,8% dari seluruh biaya pelayanan kesehatan dengan komposisi peringkat penyakit jantung sebesar 50,9% atau 7,4 triliun, penyakit ginjal kronik sebesar 17,7% atau 2,6 triliun rupiah.

WHO tahun 2017 menunjukkan bahwa di dunia setiap tahun terjadi kematian dini akibat PTM pada kelompok usia di 30-69 tahun sebanyak 15 juta. Sebanyak 7,2 juta  kematian tersebut diakibatkan konsumsi produk tembakau dan 70% kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok, terlihat lebih besar pada usia muda dibandingkan pada usia dewasa. Hasil pendataan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga ditemukan anggota keluarga yang merokok di rumah sebesar 55,6%, hal ini menjadi dasar upaya pengendalian konsumsi produk tembakau di Indonesia dilakukan melalui kebijakan kawasan tanpa rokok untuk melindungi masyarakat dari paparan asap rokok.


Sumber :
https://www.kemkes.go.id/article/view/19071100001/htts-2019-jangan-biarkan-rokok-merenggut-napas-kita.html

Setahun, Kematian karena Konsumsi Rokok di Indonesia Lebih dari 230.000

11 Juli 2019

Kajian Badan Litbangkes tahun 2015 menunjukkan, Indonesia menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya.

Kajian Badan Litbangkes tahun 2015 menunjukkan, Indonesia menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya.

Menteri Kesehatan Nila F Moelek menyampaikan hal tersebut saat memaparkan ancaman bahaya rokok di Gedung Kementerian Kesehatan pada Kamis (11/7/2019), dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) yang jatuh pada 31 Mei 2019.

Nila menyebut, bahwa data Globocan 2018 menunjukkan dari total kematian akibat kanker di Indonesia, kanker paru menempati urutan pertama penyebab kematian yaitu sebesar 12,6 persen.

Sementara, berdasarkan data Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan 87 persen kasus kanker paru berhubungan dengan merokok.

Dalam berbagai riset, diketahui bahwa faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) utama yang bisa dicegah bersama adalah perilaku buruk merokok.

“Rokok merupakan faktor risiko penyakit yang memberikan kontribusi paling besar dibanding faktor risiko lainnya. Seorang perokok mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk terserang penyakit jantung koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kanker paru dan PTM lainnya,” ungkap Nila.

Saat ini, menurut data Riset Kesehatan, Indonesia menghadapi ancaman serius akibat meningkatnya jumlah perokok. Prevalensi perokok laki–laki di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dan diprediksi lebih dari 97 juta penduduk Indonesia terpapar asap rokok.

Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat lebih besar pada kelompok anak-anak dan remaja.

Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk berusia ≤18 tahun dari 7,2 persen menjadi 9,1 persen

Untuk meminimalisir konsumsi rokok, Kementerian Kesehatan bersama dengan lembaga terkait berupaya melakukan upaya pengendalian iklan dengan pembatasan iklan rokok di Internet.

Sebagaimana diketahui promosi rokok di media sosial yang semakin marak dan mempengaruhi anak-anak untuk menjadi perokok pemula sehingga dianggap telah melanggar UU No. 36 tahun 2009.


Sumber :
https://lifestyle.bisnis.com/read/20190711/106/1122977/setahun-kematian-karena-konsumsi-rokok-di-indonesia-lebih-dari-230.000

WHO: 40 Persen Perokok di Dunia Meninggal karena Penyakit Paru-Paru


03/06/2019

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan lebih dari 40 persen perokok di dunia meninggal karena penyakit paru-paru, seperti kanker, penyakit pernapasan kronis, dan TBC. Peringatan itu datang menjelang Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada Jumat ini, dengan tema, "Jangan biarkan tembakau merenggut napas kita".

WHO mengatakan, setiap tahun penggunaan tembakau membunuh setidaknya delapan juta orang. Badan PBB itu melaporkan 3,3 juta pengguna akan meninggal karena penyakit yang terkait paru-paru. Jumlah ini termasuk orang yang terpapar asap rokok orang lain, di antaranya lebih dari 60.000 anak di bawah usia lima tahun yang meninggal akibat infeksi saluran bawah pernapasan karena merokok pasif.

Vinayak Prasad pejabat sementara direktur Departemen WHO untuk Pencegahan Penyakit Tidak Menular mengatakan kerugian ekonomi global akibat penggunaan tembakau adalah 1,4 triliun dollar AS. Ini disebabkan oleh biaya kesehatan, hilangnya produktivitas akibat penyakit itu dan biaya lain yang disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan merokok.

Ia mengatakan baik nyawa dan uang bisa diselamatkan jika orang berhenti merokok. "Kita juga akan menyaksikan jika orang yang merokok, hampir 20 persen di dunia yang merokok, jika mereka berhenti sebagian keuntungannya sebenarnya bisa diperoleh sangat cepat, khususnya untuk paru-paru. Dalam dua minggu, fungsi paru-paru akan mulai normal," kata Prasad.

Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan secara global, kecenderungan merokok sudah turun dari 27 persen pada tahun 2000 menjadi 20 persen pada tahun 2016. Namun WHO, mencatat bahwa jumlah pengguna tembakau di seluruh dunia tetap stabil pada 1,1 miliar karena pertumbuhan populasi.

Kerstin Schotte petugas teknis WHO di departemen yang sama dengan Prasad mencatat penurunan tajam dalam kecenderungan merokok di negara-negara kaya, dibandingkan dengan yang lebih miskin.

"Dan, di beberapa negara berpendapatan rendah dan menengah bahkan mengalami peningkatan angka kecenderungan merokok. Ke negara-negara inilah industri tembakau saat ini beralih. Mereka mengetahui, tembakau tidak disukai di Eropa dan Amerika utara sehingga mereka beralih ke negara-negara berpendapatan rendah dan menengah menyasar utamanya perempuan dan anak-anak di sana," ujarnya.

WHO merekomendasikan sejumlah langkah efektif dan murah yang bisa dilakukan untuk mengurangi konsumsi tembakau. Langkah Ini termasuk menciptakan lingkungan bebas rokok, memberlakukan larangan terhadap semua bentuk iklan tembakau, promosi dan sponsor. WHO juga menyarankan untuk mengenakan pajak tinggi atas penjualan rokok dan produk tembakau lainnya agar tidak terjangkau bagi banyak orang, terutama anak muda.


Sumber :
https://sains.kompas.com/read/2019/06/03/170200823/who--40-persen-perokok-di-dunia-meninggal-karena-penyakit-paru-paru-.

Tiap Semenit, 10 Orang Meninggal di Dunia Akibat Rokok

Kamis, 31 Mei 2018 08:52 WIB

Berlin - Setiap menit, hampir 11 juta batang rokok diisap di dunia dan 10 orang meninggal karenanya. Di Indonesia, 76% pria dewasa merokok. Berikut adalah beberapa fakta dan angkanya.
Terdapat sekitar satu miliar perokok di dunia atau sekitar sepertujuh dari populasi global, menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) dan studi lainnya.

Cina menempati angka tertinggi: dari penduduknya 1,3 miliar, sekitar 315 jutanya adalah perokok dan mereka mengonsumsi lebih dari sepertiga dari rokok dunia, demikian WHO menyebutkan dalam sebuah laporan tahun lalu. Namun jika dilihat dari prosentase penduduk, Indonesia menempati prosentase penduduk sebagai perokok terbesar di dunia: 76 persen pria berusia di atas 15 tahun tercatat sebagai perokok. Sekitar 80 persen perokok dunia hidup di negara berpenghasilan rendah dan menengah dan 226 juta di antaranya dianggap miskin.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet pada April 2017 mengatakan persentase orang yang menggunakan tembakau setiap hari telah menurun dalam 25 tahun. Satu dari empat pria dan satu dari 20 perempuan merokok setiap hari pada tahun 2015. Angka itu turun dari jumlah sebelumnya, satu dari tiga pria dan satu dari 12 perempuan pada tahun 1990.


Peraturan yang lemah

Tetapi penurunan tingkat merokok di beberapa negara "hampir seluruhnya diimbangi oleh meningkatnya konsumsi di banyak negara dengan peraturan pengendalian tembakau yang lemah," kata organisasi anti-rokok: The Tobacco Atlas. Ini termasuk di bagian dunia yang lebih miskin, khususnya di sub-Sahara Afrika.

Penggunaan tembakau telah menurun di tempat-tempat seperti Australia, Brasil dan Inggris, di mana tindakan anti-merokok termasuk pajak yang lebih tinggi, larangan dan peringatan kesehatan. Rokok elektronik juga telah memasuki pasar. Penjualan tembakau bahkan menurun di Cina, turun 10 persen dari puncaknya pada tahun 2012, menurut kelompok riset pasar Euromonitor International.

Tembakau adalah penyebab utama kematian yang bisa dicegah, kata para ahli. Merokok aktif atau pasif membunuh lebih dari tujuh juta orang setiap tahun, demikian menurut WHO, dengan konsumsi tembakau yang dianggap sebagai penyebab atas kematian rata-rata satu orang setiap enam detik.

Seorang dokter di Kota Goch, Jerman, Henky Kusdian mengatakan kepada DW bahwa rokok terbukti berbahaya bagi kesehatan manusia: "Merokok merusak pembuluh darah, paru-paru dan jantung pada manusia." Ancaman utama kesehatan lainnya akibat rokok adalah kanker dan stroke.

Selama abad ke-20, tembakau merenggut 100 juta jiwa - lebih dari 60-80 juta kematian selama Perang Dunia II dan 18 juta dalam Perang Dunia I bila digabungkan. Saat ini, tembakau dapat menyebabkan lebih dari satu miliar angka kematian pada abad ke-21, demikian ditegaskan WHO.


Angka lainnya

Merokok menghabiskan hampir enam persen dari pengeluaran dunia untuk perawatan kesehatan serta hampir dua persen dari produk domestik bruto (PDB) global, demikian menurut studi Januari 2017 di jurnal ilmiah, Tobacco Control.

Di seluruh dunia 4,3 juta hektar lahan digunakan untuk perkebunan tembakau, papar WHO. Sementara penjualan rokok bernilai lebih dari 680 miliar dollar AS per tahun, demikian menurut Euromonitor.

Cina adalah penghasil utama tembakau, dengan menanam sekitar 40 persen pasokan tembakau dunia, tandas The Tobacco Atlas. Lima perusahaan menguasai 80 persen pasar rokok global. Enam perusahaan terbesar menghasilkan laba lebih dari 62 miliar dollar AS pada tahun 2015.

Perokok di dunia menghabiskan sekitar 5,7 triliun batang rokok setiap tahun, demikian data yang dihimpun The Tobacco Atlas. Filter yang terbuat dari selulosa asetat non-biodegradable telah menjadi jenis sampah yang paling banyak terdapat di pantai-pantai dunia.


Sumber :
https://news.detik.com/dw/d-4046369/tiap-semenit-10-orang-meninggal-di-dunia-akibat-rokok

Thursday, April 2, 2020

Bahaya Perokok Pasif 3 Kali Perokok Aktif

Menghirup asap rokok orang lain lebih berbahaya dibandingkan menghisap rokok sendiri. Bahkan bahaya yang harus ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari bahaya perokok aktif.

Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya.

Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. "Namun konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yang ia hembuskan."

Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.

Berikut sejumlah zat berbahaya yang terkandung di sebuah batang rokok:

Tar
- Dalam tubuh manusia, tar memicu terjadinya iritasi paru-paru dan kanker.
- Dalam tubuh perokok pasif, tar akan terkonsentrasi tiga kali lipat dibandingkan dalam tubuh perokok aktif.

Nikotin
- Dalam tubuh manusia menimbulkan efek adiksi atau candu yang memicu peningkatan konsumsi.
- Dalam tubuh perokok pasif, nikotin akan terkonsentrasi tiga kali lipat dibandingkan dalam tubuh perokok aktif.

Karbon Monoksida
- Merupakan gas berbahaya yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam tubuh. Pengikatan oksigen oleh karbon monoksida inilah yang kemudian memicu terjadinya penyakit jantung.
- Dalam tubuh perokok pasif, gas berbahaya ini akan terkonsentrasi tiga kali lipat dibandingkan dalam tubuh perokok aktif.

Bahan kimia berbahaya
- Berupa gas dan zat berbahaya yang jumlahnya mencapai ribuan. Di tubuh manusia, bahan kimia berbahaya ini meningkatkan risiko penyakit kanker.
- Dalam tubuh perokok pasif, bahan kimia berbahaya ini akan terkonsentrasi 50 kali lipat dibandingkan dalam tubuh perokok aktif.

Mengutip hasil kajian WHO, Budi mengatakan, lingkungan bebas asap rokok merupakan satu-satunya strategi efektif untuk memberikan perlindungan bagi perokok pasif.

Penyediaan smoking area juga tak sepenuhnya melindungi para perokok pasif dari bahaya rokok. "Penyediaan smoking area di dalam gedung sama halnya dengan kencing di sudut kolam renang, akan menyatu juga," ujarnya. "Asap tetap akan menembus ventilasi."

Data Global Youth Survey tahun 1999-2006, sebanyak 81 persen anak usia 13-15 tahun di Indonesia terpapar asap rokok di tempat umum atau menjadi perokok pasif. "Padahal rata-rata persentase dunia hanya 56 persen," ujarnya.

Survei tersebut juga menunjukkan, lebih dari 150 juta penduduk Indonesia menjadi perokok pasif di rumah, di perkantoran, di tempat umum, di kendaraan umum.

Sedangkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004 menunjukkan, lebih dari 87 persen perokok aktif merokok di dalam rumah ketika sedang bersama anggota keluarganya. Survei ini juga menemukan 71 persen rumah tangga memiliki pengeluaran untuk merokok.


Sumber :
https://www.viva.co.id/berita/metro/68948-bahaya-perokok-pasif-3-kali-perokok-aktif

Perokok Pasif Tampung 75 Persen Asap Rokok


Bagi siapapun yang tidak merokok, informasi yang dikeluarkan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencengangkan. Bagaimana tidak, ternyata perokok aktif hanya menghisap 25 persen asap rokok yang berasal dari ujung yang terbakar, sementara 75 persen lainnya untuk yang mengisap asapnya.

Tidak itu saja, mereka yang tidak merokok atau perokok pasif  juga ketambahan separuh asap yang diembuskan si perokok. Yang jelas, dari hembusan asap rokok tersebut para perokok pasif mengisap 4.000 jenis bahan kimia saat terpapar asap rokok orang lain.

Dari sekian banyak bahan kimia tersebut ada 3 jenis bahan kimia beracun yang paling mematikan di dalam asap rokok. Bahan tersebut adalah tar, nikotin dan karbon monoksida. Tar dapat mengiritasi paru-paru dan menyebabkan kanker. Nikotin adalah racun yang menyebabkan kecanduan.

Zat yang dapat bergabung dengan zat beracun lain ini dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sedangkan karbon monoksida adalah gas beracun yang menghalangi masuknya oksigen ke dalam tubuh.

Nah, YLKI menuliskan dengan amat jelas, para perokok pasif mengisap tar tiga kali lebih banyak, nikotin tiga kali lebih banyak, dan karbon monoksida lima kali lebih banyak daripada si perokok sendiri.

Fakta ini tidak bisa dianggap remeh jika melihat berbagai penyakit yang bisa ditimbulkan dari asap rokok. Asap rokok itu meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker paru hingga 30 persen. Selain itu juga terkait dengan penyakit kronis lainnya seperti kanker mulut, kanker lambung dan kanker hati bisa meningkat hingga 8,17 kali lebih besar.

Asap rokok juga berdampak pada kehamilan dengan resiko bayi prematur, sindroma kematian bayi mendadak, pertumbuhan janin terhambat dan keguguran. Terakhir, anak-anak dengan orangtua perokok aktif berisiko menderita penyakit napas, misalnya asma, dua kali lebih besar dari anak yang orangtuanya tidak merokok.

Selain penyakit napas, anak tersebut juga berisiko terkena penyakit telinga tengah dan mengalami keterlambatan pertumbuhan dan menurunnya fungsi paru.


Sumber :
https://nasional.kompas.com/read/2009/05/11/23253644/perokok.pasif.tampung.75.persen.asap.rokok.
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-paru-kronik/page/29/75-persen-bahaya-asap-rokok-akan-dirasakan-oleh-perokok-pasif

Bahaya Perokok Pasif


Menurut Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)
§25 % zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok
§75 % beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya.

Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.

Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. "Namun konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yang ia hembuskan."

Merokok menyebabkan 440,000 kematian prematur di US. Kematian ini disebabkan kanker 40%, stroke dan penyakit jantung 35%, dan penyakit paru 25%

Hasil penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2009: Setiap 6 Detik 1 Orang Tewas akibat Rokok

Tembakau telah merenggut hampir 5 juta jiwa setahun dan jumlah itu diperkirakan meningkat dua kali lipat dalam 25 tahun mendatang. Dengan tingkat konsumsi yang ada saat ini, jumlah perokok diperkirakan meningkat dari 1,3 miliar pada 2010 menjadi 1,7 miliar pada 2025. Dimana 70 persen dari jumlah itu terjadi di negara berkembang.


Sumber :
http://gerakanperlindunganperokokpasif.blogspot.com/2012/05/bahaya-perokok-pasif.html

Tuesday, March 24, 2020

Paparan Asap Rokok dan Virus

Berita Kesehatan Flu: Paparan Asap Rokok dan Virus Influenza Dapat Cegah Kinerja Obat

Flu merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang berada di udara. Oleh sebab itu, setiap orang wajib berhati-hati jika tak ingin terkena flu. Namun tahukah, ternyata flu lebih sering terjadi pada seorang perokok.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Yale juga menunjukkan mengapa gejala dan virus flu lebih parah pada perokok. Perokok lebih mungkin meninggal daripada non-perokok selama terserang virus influenza sebelumnya dan lebih rentan terhadap penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Bahkan orang yang terpapar asap rokok (perokok pasif) memiliki respons yang lebih parah ketika terinfeksi virus pernapasan.

Penulis utama Jack A Elias, MD, Profesor Kedokteran Waldermar Von Zedtwitz dan ketua pengobatan internal di Yale School of Medicine dikutip di Yale News mengatakan bahwa temuan itu menunjukkan bahwa perokok tidak mendapat masalah karena mereka tidak dapat membersihkan atau melawan virus,  mereka mendapat masalah karena mereka bereaksi berlebihan terhadap virus tersebut.

Selain itu, studi lain di Monash University di Victoria, Australia juga menunjukkan bahwa asap rokok dan virus influenza yang bersatu juga dapat menyebabkan penurunan kinerja obat paru-paru.

Dalam penelitian ini contoh atu sampel yang digunakan sebagai bahan uji coba dalah tikus.

Menurut penelitian, yang diterbitkan dalam jurnal Portland Press Clinical Science, efektivitas dari obat pereda gejala PPOK yang berkurang pada paparan asap rokok dan virus influenza pada model hewan dari penyakit pernapasan.

Pasien yang menderita PPOK mengalami kesulitan bernapas, karena aliran udara menjadi terhambat, produksi lendir yang menetap dan infeksi paru yang sering terjadi. Seiring waktu, peradangan menyebabkan perubahan permanen di paru-paru dan dinding saluran udara menebal dengan lebih banyak lendir diproduksi.

Peradangan ini disebabkan oleh protein peradangan, misalnya tumor necrosis factor-alpha dan interleukin-1 beta, yang terlibat dalam peradangan sistemik atau aktivasi kronis sistem kekebalan tubuh.

Salah satu obat pereda yang paling umum digunakan untuk mengobati penyakit PPOK adalah salbutamol. Obat ini, yang juga digunakan untuk mengobati asma, bekerja dengan melebarkan saluran udara pasien sehingga mereka lebih mudah bernapas.

Efektivitas obat-obatan seperti salbutamol dalam penyakit paru-paru yang disebabkan oleh asap rokok seperti PPOK terbatas. Sampai saat ini, mekanisme yang terlibat dalam kehilangan respons terhadap terapi masih kurang dipahami.

Studi ini menilai bagian paru-paru yang terpapar asap rokok dan versi virus influenza A. Secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa jaringan paru-paru yang terpapar asap rokok dan infeksi virus kurang responsif terhadap salbutamol daripada jaringan yang tidak.

Oleh sebab itu, pada penderita penyakit paru-paru yang masih mengonsumsi obat, ada baiknya untuk menghilangkan kebiasaan buruk merokok.


Sumber :
https://health.grid.id/read/351982925/berita-kesehatan-flu-paparan-asap-rokok-dan-virus-influenza-dapat-cegah-kinerja-obat?page=all

Berhenti Merokok untuk Jauhkan Virus Corona

Dokter Paru Sarankan Berhenti Merokok untuk Jauhkan Virus Corona

Wabah virus corona telah ditetapkan oleh WHO sebagai darurat global. Para ilmuwan di berbagai negara di dunia berlomba-lomba mengembangkan vaksin dari virus itu Virus corona telah menginfeksi ribuan orang di seluruh dunia.

Ancaman virus corona tengah menghantui warga dunia. Bagi para pecandu nikotin, dokter paru menyarankan untuk berhenti demi meminimalkan risiko.

"Karena berhenti merokok juga meningkatkan imun. Jadi juga menjauhkan kita dari virus, termasuk dari virus corona dan juga menghindarkan dari risiko kanker," kata dr Diah Handayani, SpP, dari RS Paru Persahabatan, saat ditemui detikcom baru-baru ini.

Berhenti merokok, menurut dr Diah utamanya juga mencegah risiko berbagai jenis kanker. Pesan itu disampaikannya bertepatan dengan Hari Kanker Sedunia yang diperingati pada 4 Februari silam.

Dalam asap rokok, terkandung ratusan senyawa kimia berbahaya, sebagian di antaranya adalah karsinogenik atau bisa memicu kanker. Tidah hanya untuk perokoknya sendiri, melainkan juga untuk orang lain yang menjadi 'perokok pasif' karena ikut menghirup asap rokoknya.

"Jadi haruslah berhenti merokok," kata dr Diah.


Sumber :
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4887770/dokter-paru-sarankan-berhenti-merokok-untuk-jauhkan-virus-corona

Monday, March 16, 2020

Paru-paru Perokok & Virus

Paru-paru Perokok 'Surga' Bagi Virus Corona COVID-19

Perokok disebut-sebut menjadi salah satu kelompok yang rentan terpapar virus Corona atau COVID-19. Belum lama ini, WHO lndonesia mengeluarkan pernyataan yang secara spesifik mengingatkan masyarakat Indonesia, mengenai kaitan antara COVID-19 dengan perilaku merokok.

Kaitan antara rokok dan virus Corona terjalin, melalui kandungan di virus yang lebih 'menyukai' sel-sel di tubuh perokok. Disebutkan oleh pakar, bahwa perlu ada reseptor di permukaan sel tubuh yang dikenali virus Corona, yaitu ACE2, CD209, dan CLEC4M.

"Pada perokok, ACE2 dan CD209 sangat signifikan menonjol, maka membuat virus lebih cepat berlabuh. Alasan mengapa yang merokok lebih banyak kena virus, karena reseptornya lebih banyak," ujar Kepala Lembaga Biologi dan Pendidikan Tinggi Eijkman, Prof Dr Amin Soebandrio di Jakarta, Jumat 13 Maret 2020.

Pernyataan ini sejalan dengan beberapa temuan yang terbit dalam berbagai literatur, yang menyebutkan hubungan antara perokok dan karakteristik pasien terinfeksi COVID-19, di antaranya dalam jurnal Epidemiological and Clinica/Features of The 2019 Novel Coronavirus Outbreak in China.

Sekelompok peneliti dari China dengan beragam latar belakang institusi, menyebutkan tingkat keparahan coronavirus pada laki-laki di Cina lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan, karena laki-laki di Cina kebanyakan adalah perokok berat.

Studi ini juga menyebutkan, 61,5 persen penderita pneumonia berat akibat Coronavirus adalah laki-laki dan tingkat kematian 4,45 persen pada pasien Iaki-laki, 1,25 persen pada pasien perempuan.


”Melihat temuan-temuan di atas, masyarakat perlu mengetahui bagaimana perilaku merokok memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi dan perparah komplikasi COVlD-19, sehingga masyarakat lebih waspada,” tutur Amin.


Sumber :
https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-intim/1205282-paru-paru-perokok-surga-bagi-virus-corona-covid-19

Tuesday, February 11, 2020

Iko Uwais : Berhenti Merokok Ibarat Hijrah

Senin, 01 April 2019 | 16:00 WIB


Aktor kenamaan Indonesia, Iko Uwais, mengatakan bahwa berhenti merokok ibarat hijrah, karena melibatkan proses untuk mengubah cara pikir atau mindset.

Lelaki yang karirnya telah merambah ke Hollywood tersebut mengaku jika dirinya pernah sekali mencoba rokok, tetapi langsung tidak suka dengan rasa dan baunya. Selain itu, asap dan abu rokok juga mencemari lingkungan.

“Dua hal yang paling tidak saya sukai dari rokok adalah bau dan abunya. Belum lagi asap rokok mengandung berbagai zat kimia yang bukan hanya berbahaya bagi yang mengisap, tapi juga orang disekitarnya," ungkap Iko Uwais dalam siaran pers yang Suara.com terima, Senin (1/4/2019), di Jakarta.

Namun demikian, lingkungan keluarga dan teman Iko Uwais kebanyakan justru perokok berat. Karena itu, lanjut dia, dirinya tak segan mendorong keluarga untuk menjauhi rokok, juga menjaga lingkungan rumah agar bebas asap rokok.

"Ini juga yang menjadi alasan utama saya tidak menyediakan asbak di rumah,” jelas Iko Uwais.

Pandangan Iko mengenai rokok ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga keluarga dan orang terkasih dari bahaya rokok. Orangtua dan masyarakat perlu sama-sama menyadari bahwa rokok juga berdampak buruk pada orang-orang di sekitarnya, yaitu bukan perokok yang menghirup asap rokok (second hand smoke) dan bukan perokok yang menghidup residunya (third-hand smoke).

Karbon monoksida yang dihasilkan dari proses pembakaran rokok yang dihirup oleh perokok aktif dan perokok pasif, sama bahayanya, karena zat tersebut akan menurunkan kemampuan dan kapasitas sel darah untuk membawa oksigen, yang pada akhirnya akan merusak paru-paru, jantung, dan pembuluh darah.

Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari M.Si., Ph.D. Guru Besar Promosi Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat dari Universitas Gadjah Mada (UGM), menjelaskan bahwa masyarakat yang tidak merokok namun terpapar asap rokok merupakan kelompok yang paling rentan, bukan hanya dari asap rokok itu sendiri, tetapi juga dari residu yang tertinggal di rumah dan lingkungan mereka tinggal, yang mana kita sebut sebagai third-hand smoke.

Riset Division of Clinical Pharmacology and Experimental Therapeutics, University of California, pada tahun 2017, lebih jauh mendeskripsikan third-hand smoke (THS) sebagai racun dari rokok, yang di mana beberapa di antaranya berbahaya, yang menetap, bereaksi, terproduksi kembali, dan aktif kembali setelah sekian lama aktivitas rokok berhenti. Residu dari THS akan sangat mungkin diserap oleh berbagai permukaan dan debu di lingkungan rumah.


Sumber :
https://www.suara.com/lifestyle/2019/04/01/160016/iko-uwais-berhenti-merokok-ibarat-hijrah

Sumber foto :
https://krjogja.com/gaya-hidup/kesehatan-dan-seksualitas/iko-uwais-anggap-stop-merokok-bentuk-hijrah-bertahap/

Cerita Rano Karno Berhenti Merokok Setelah Puluhan Tahun

Alhamdulillah, Berkat Doa Istri dan Anak
Senin, 18 Februari 2019 | 14:14 WIB


Lepas dari kebiasaan merokok bukan perkara mudah, lebih-lebih juga sudah jadi perokoh puluhan tahun. Meski begitu, berhenti merokok bukanlah kemustahilan. Tanya saja kepada Rano Karno kalau tidak percaya.

Memang mitos yang menyebutkan perokok yang sudah puluhan tahun sulit untuk berhenti. Tetapi nyatanya Rano Karno mampu mematahkan mitos tersebut. Awalnya Rano adalah perokok berat yang sudah melakukannya selama puluhan tahun.

Namun sekarang ia benar-benar menjauhi rokok, bahkan mencium asapnya saja ia mengaku sudah "mual". Bagaimana bisa demikian? Ternyata aktor senior ini sudah tujuh bulan tidak merokok sejak dirinya menjalani pengobatan atas penyakit Bell’s Palsy.

“Iya sudah 7 bulan ini saya berhenti merokok,” ujar Rano Karno.

Sejak keluar rumah sakit, Rano Karno sudah enggak pernah lagi ingat mau merokok.

“Jadi berhenti saja,” papar mantan wakil gubernur Banten yang sekarang giat lagi di film sembari mempersiapkan diri jadi calon legislatif.

Penyakit Bell’s Palsy s membuat separuh wajahnya menjadi kaku, bahkan merot atau miring.

“Alhamdulillah mungkin berkat doa dari istri dan anak juga,” katanya lagi.

“Keluarga saya sudah lama ingin saya berhenti merokok, nah sekarang sudah berhenti.”

Rano Karno juga menjelaskan bahwa dirinya setelah berhenti merokok jadi merasa lebih bugar dan sehat. Bahkan dirinya kini mampu melakukan olahraga rutin berupa jalan kaki selama 30 menit hingga satu jam.

Hal itu juga yang membuat aktor kawakan itu mengajak para generasi muda untuk menjauhi rokok. Pesannya, bila tidak merokok sebaiknya tidak mencoba. Kalau sudah menjadi perokok maka berusahalah untuk menghentikannya.

Sebab merokok bisa mengakibatkan banyak penyakit berbahaya seperti jantung. Merokok akan memicu penyakit jantung baik itu dewasa maupun anak muda, siapapun juga bisa alami hal itu jika merokok.

“Salah satunya penyakit jantung. Sekarang jantung bukan hanya penyakit orang tua, tapi anak muda juga banyak kena jantung,” katanya.

“Nah, salah satu cara pencegahannya adalah dengan berhenti merokok dan melakukan gaya hidup sehat,” pungkasnya.


Sumber:
https://suar.grid.id/read/201640807/cerita-rano-karno-berhenti-merokok-setelah-puluhan-tahun-alhamdulillah-berkat-doa-istri-dan-anak?page=all

Sumber foto :
https://images.app.goo.gl/aPQYxZyNxUJgdMLn7

Ternyata Tora Sudiro Sudah 7 Tahun Berhenti Merokok

Rabu, 09 September 2015 17:15


Selama ini di bungkus rokok selalu ada peringatan berbahaya, merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan khamilan dan janin. Namun masih saja banyak orang yang tidak bisa melepaskan diri.

Namun tidak demikian halnya dengan aktor Tora Sudiro, yang sudah bertahun-tahun berhenti dari kebiasaan merokok. Tora yang ketika ditemui tengah terlibat acara kepedulian untuk penderita kanker, sadar akan bahaya rokok.

"Udah lama nggak ngerokok, udah lama banget, sosial smoker sih, perokok pasif, kebetulan lingkungan saya ngerokok. Saya sekarang kalau di tempat gitu ikutan ngerokok, udah lama berhenti sekitar 7 tahunan," tutur Tora Sudiro di Shave for Hope di Kemang Village, Jakarta Selatan, Minggu (6/9).

Meski dahulu sempat ikut menikmati menghisap nikotin, Tora tidak sampai mengalami gangguan kesehatan akibat rokok. Selain itu ketika disinggung anak-anak kecil yang merokok, Tora menyebut hal itu mungkin keren untuk anak-anak tersebut.

"Keren, kalau dilarang-larang (merokok) mereka malah ngelakuin," tuturnya.

Hanya saja untuk anak-anaknya, suami dari Mieke Amalia itu mengatakan mereka bukan perokok. Tora sendiri saat ini memiliki lima anak, dua dari perkawinan dengan Anggraini, satu anak kandung dari perkawinan dengan Mieke dan dua anak tiri yang dibawa oleh Mieke.

"Mereka nggak sempet ngerokok. Anak saya ada yang sama emaknya ada yang sama saya, kalau saya sih agak kebapakan," tandasnya.


Sumber :
https://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/ternyata-tora-sudiro-sudah-7-tahun-berhenti-merokok-f83524.html

Sumber foto :
https://www.inibaru.id/hits/9-artis-indonesia-yang-tersandung-narkoba-sepanjang-2017

Bimbim si Drummer Slank Sukses Berhenti Merokok

Gue Enggak Pernah Mengikuti Tips-tips yang Bertebaran di Buku dan Internet

Sabtu, 30 Juni 2018 | 20:15 WIB

 
Bagi generasi yang tumbuh besar pada era 1990-an pasti kenal betul dengan sosok Bimbim. Dia terkenal antikemapanan. Jangankan rokok, alkohol dan narkoba seolah sudah menjadi sahabat hidup.

Tapi itu dulu.

Sekarang, setelah lepas dari kecanduan alkohol dan narkoba, rokok pun ditinggalkan drummer grub band Slank ini. Bagaimana caranya? Lepas dari belenggu rokok sejak hampir enam tahun yang lalu, Bimbim mengaku butuh perjuangan berat untuk melakukannya.

Bahkan, pria bernama Bimo Setiawan ini berujar, perjuangannya lebih berat ketimbang berhenti mengonsumsi narkoba.

“Butuh tekad dan usaha yang lebih keras untuk bisa lepas dari candu rokok. Pasalnya sederhana saja. Rokok terkesan sepele. Justru karena sepele, orang jadi susah untuk berhenti merokok,” papar ayah dua anak ini.

Dalam perjuangannya berhenti merokok, Bimbim tak pernah mengikuti tips-tips yang bertebaran di buku-buku dan internet. Sebelum memutuskan berhenti pun dia sama sekali tak mengurangi intensitas rokoknya.

"Gue itu orangnya revolusioner, bisa berubah dengan cepat. Kalau pengen berhenti ya berhenti saja," kata Bimbim.

Masa-masa transisi itu dilaluinya dengan penuh perjuangan. Salah satunya lewat proses adaptasi. Misalnya, di saat latihan atau pentas Bimbim terpaksa  menempelkan pensil ke mulut sebagai pengganti rokok. Sebenarnya ini hanya masalah kebiasaan saja.

Dulu dia suka menyanyi sambil merokok agar tidak  grogi. Selain itu, dia juga mengonsumsi permen pedas selama tiga bulan pertama. Setiap kali muncul keinginan untuk merokok, pria penggemar grup music Rolling Stone ini mengunyah permen. Hasilnya cukup efektif. Dia berhasil melewati masa transisi itu dengan baik

Agar komitmennya bisa terjaga, Bimbim  pun woro-woro ke keluarga, personel Slank yang lain, dan teman-temannya tentang rencananya berhenti merokok.  Langkah ini untuk memotivasi diri sekaligus terapi. Sebab bagi Bimbim, seorang manusia itu yang dipegang  omongannya.

Jadi, setiap tergoda untuk kembali menghisap nikotin, dia harus menolaknya karena telah terlanjur woro-woro. Faktor lain, malah mungkin ini yang utama, yang membuat Bimbim begitu teguh untuk berhenti merokok adalah rasa cintanya kepada sang anak.

Sebab, dulu, sang buah hati  sering menyindir kebiasaan merokok Bimbim. Waktu itu anaknya yang masih kecil sering menulis di kotak korek api ayahnya, "You are not smoking anymore".

Seandainya kata-kata itu keluar dari  orang lain, Bimbim mengaku tak akan menggubris. Bahkan sekalipun  berasal dari istri atau saudaranya sendiri. Namun karena keluar dari sang putri tercinta, kesadaran Bimbim seperti ditusuk-tusuk. Kini Bimbim sukses 100% melepaskan diri dari asap rokok.

Bahkan kantor manajemen Slank di Gang Potlot, Jakarta Selatan, pun bebas dari asap rokok. Fakta yang mungkin sulit terbayangkan pada 1990-an dulu.


Sumber :
https://intisari.grid.id/read/03890618/sukses-berhenti-merokok-bimbim-si-drummer-slank-gue-enggak-pernah-mengikuti-tips-tips-yang-bertebaran-di-buku-dan-internet?page=all

Sumber foto :
https://www.kapanlagi.com/slank/foto/foto-slank-1329.html

Cerita di Balik Awal Indro Warkop Berhenti Merokok

Selasa 11 Februari 2020 20:33 WIB


Berhenti dari kebiasaan merokok mungkin terdengar sulit. Hal itu pernah dirasakan Indro Warkop yang kini mengaku sudah berhenti dari kebiasaan merokok. Bagaimana Indro Warkop bisa berhenti dari kebiasaan merokok? Ternyata ada suatu momen yang membuat komedian berusia 61 tahun itu bisa berhenti merokok.

Sebelum bercerita bagaimana bisa berhenti merokok, Indro Warkop mengaku dahulu dirinya merupakan perokok berat. Bahkan, Indro mengaku bisa menghabiskan empat bungkus rokok dalam sehari.

"Dulu saya bisa menghabiskan rokok empat bungkus dalam sehari. Saya di atasnya perokok berat bisa dibilang," ujar Indro Warkop, Selasa (11/2/2020). Namun, dirinya mulai tersadar setelah secara tidak langsung mendapat teguran dari sang anak. Saat itu, anak Indro masih berusia lima tahun.

"Tapi saya sadar dan memutuskan berhenti setelah anak saya yang masih berusia lima tahun berpose dengan rokok-rokokan supaya mirip dengan ayahnya,” tuntas Indro Warkop.


Sumber :
https://lifestyle.okezone.com/read/2020/02/11/481/2166931/cerita-di-balik-awal-indro-warkop-berhenti-merokok

Sumber foto :
https://wartakota.tribunnews.com/2020/02/11/cerita-indro-warkop-pernah-jadi-perokok-berat-sehari-4-bungkus-hingga-sakau-usai-menghentikan-rokok

Monday, January 27, 2020

75% Asap Sampingan


Hanya 25% asap utama yang terlihat. Namun terdapat 75% asap sampingan.

Dampak Rokok bagi Keluarga


Dampak Rokok bagi Keluarga
- Perokok pasif
- Resiko kesehatan
- Sumber polusi dalam rumah
- Mengurangi pemasukan keluarga

Related Posts