Pakar sebut perlu strategi intervensi guna turunkan pravalensi perokok
Sabtu, 3 Sep 2022 | 14:50 WIB
Pakar kesehatan serta mantan Direktur Riset Kebijakan serta Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tikki Pangestu mengatakan Indonesia memerlukan strategi intervensi yang didorong dengan kebijakan pemerintah guna menekan angka prevalensi perokok.
Ia menjelaskan, saat ini Indonesia memiliki jumlah perokok sekitar 69 juta orang. Selain menyebabkan dampak terhadap kesehatan masyarakat, tingginya jumlah perokok berimplikasi dalam aspek sosial ekonomi, salah satunya ialah beban anggaran kesehatan akibat kebiasaan merokok.
”Dari perspektif kesehatan masyarakat serta sosial ekonomi, (hal ini) memerlukan strategi maupun intervensi serta kebijakan yang akan memungkinan dalam menurunkan prevalensi perokok di Indonesia,” ujar Tikki dalam seminar Alomedika bertema “Reducing the Harm of Smoking: Is Tobbaco Harm Reduction Feasible?” sebagaimana dilansir pada Sabtu.
Menurutnya, strategi yang dapat dilakukan pemerintah saat ini ialah menerapkan konsep pengurangan bahaya dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun kantong nikotin.
Sejumlah kajian ilmiah telah menunjukkan produk tembakau alternatif mampu mengurangi risiko hingga 90 persen-95 persen dibandingkan rokok.
“Intervensi melalui produk-produk yang menerapkan konsep pengurangan bahaya itu lebih efektif dibandingkan produk-produk seperti nicotine replacement therapy dalam membantu mereka yang mau berhenti merokok,” tegas Tikki.
Produk tembakau alternatif akan semakin lebih efektif menekan prevalensi perokok apabila pemerintah memberikan kemudahan akses serta memperluas diseminasi informasi Persis pada para perokok dewasa. Dengan begitu, semakin banyak perokok dewasa yang kesulitan berhenti merokok akan beralih ke produk tembakau alternatif serta penjualan rokok juga akan mulai turun.
“Itu ialah strategi kunci untuk mengatasi masalah yang sangat kompleks ini. Produk hasil pengembangan teknologi serta inovatif seperti ini memiliki potensi sangat besar,” ungkap dia.
Dokter spesialis onkologi dari Inggris, Peter Harper, menambahkan sumber ragam penyakit dari rokok terdapat pada asapnya yang merupakan hasil proses pembakaran.
Pada asap rokok mengandung sekitar 5 ribu senyawa kimia, di mana sekitar 80 di antaranya bersifat toksik hingga dapat memicu timbulnya kanker.
“Anda merokok untuk nikotin, tetapi meninggal disebabkan asapnya,” kata Harper.
Oleh sebab itu, Harper menyarankan perokok dewasa untuk berhenti merokok. Apabila kesulitan berhenti langsung, maka produk tembakau alternatif ialah opsinya. Sebab, produk tembakau yang dipanaskan maupun rokok elektrik menerapkan sistem pemanasan, bukan pembakaran seperti pada rokok. Dengan penerapan sistem kerja tersebut, produk tembakau alternatif tidak menghasilkan asap serta abu.
“Berhenti langsung ialah pilihan terbaik. Apabila strategi saat ini belum berhasil, produk inovatif dapat membawa solusi untuk membantu mereka yang kesulitan untuk berhenti merokok sekaligus mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,” ucap Harper.
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan (RSUPP), Tribowo Tuahta Ginting, meneruskan ada dua cara untuk membantu perokok dewasa, yaitu farmakologi serta non-farmakologi.
Farmakologi ialah metode berhenti merokok dengan menggunakan obat-obatan seperti nicotine replacement therapy, sedangkan non-farmakologi lebih mengedepankan psikoterapi.
“Berbagai macam cara telah dilakukan untuk mengurangi jumlah perokok serta bahaya merokok melalui pelatihan konseling. tetapi pelatihan-pelatihan itu masih belum berjalan dengan baik sehingga banyak sekali masyarakat yang memerlukan obat untuk membantu mereka berhenti merokok,” tuturnya.
Masyarakat Indonesia, Tribowo menambahkan, membutuhkan adanya kombinasi antara farmakologi serta non-farmakologi. Hanya saja, nicotine replacement therapy belum tersedia di Indonesia sehingga upaya yang dapat dilakukan saat ini melalui psikoterapi.
“Maka produk tembakau alternatif menjadi pilihan untuk beralih dari rokok serta mengurangi dampaknya,” terangnya.
Sumber :
https://portalsidoarjo.com/2022/09/03/pakar-sebut-perlu-strategi-intervensi-guna-turunkan-pravalensi-perokok-infomenarik.html