Pages

Wednesday, July 10, 2019

Perokok Pasif 4 Kali Lebih Berisiko Kanker Paru

Dipaksa Menghirup Asap Rokok, Perokok Pasif 4 Kali Lebih Berisiko Kanker Paru


dr. Arief Bakhtiari, Sp.P., dokter spesialis paru RSUD Dr. Soetomo dan RS Unair Surabaya mengatakan, perokok pasif atau orang yang "dipaksa" menghirup asap rokok (force smoker) 4 kali lebih berisiko terkena kanker paru dibanding perokok aktif.

"Perokok aktif sendiri sudah berisiko tinggi yaitu 14 kali daripada orang yang tidak menghirup asap rokok. Sedangkan perokok pasif risikonya 4 kali daripada perokok aktif," ujarnya dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Rabu (10/7/2019) pagi.

Dokter yang juga bergabung dalam Gerakan Masyarakat Tanpa Asap Rokok ini menjelaskan, risiko perokok pasif lebih berat karena menghirup asap yang tanpa melewati filter. Sementara, seorang perokok aktif menghirup dua asap, asap yang melewati filter dan tanpa filter.

"15 dari 100 orang perokok aktif terkena penyakit paru. 95 dari 100 orang yang menderita kanker paru adalah perokok," ujarnya.

Saat ini, semakin banyak orang usia muda yang terkena kanker paru. Pemuda berumur 28 sudah terkena kanker paru stadium 3. Sembilan tahun yang lalu ada orang berusia 36 tahun yang meninggal karena kanker paru.

dr. Arief memahami bahwa menyuruh seorang perokok berhenti rokok memang sulit. Namun, kalau sudah tahu efeknya pasti memilih untuk tidak merokok.

"Harus ada kesungguhan, jangan sampai sakit baru berhenti. Biaya perawatan kanker paru sangat tinggi. Obat kemo yang harus diminum setiap hari harganya mencapai Rp800 ribu per tablet," pesannya.

Sementara bagi orang yang tidak merokok yang ingin menurunkan risiko terkena kanker paru, dr. Arief menganjurkan untuk menghindari area perokok dan mengedukasi lingkungan terdekat seperti keluarga. "Orang tua yang tidak mau anaknya merokok, ya jangan merokok. Anak yang melihat orang tuanya merokok sangat mungkin ikut merokok," kata dr. Arief.

Sebuah video yang merekam pernyataan Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) semasa hidup viral di media sosial. Video tersebut diunggah @suaratanparokok, Senin (8/7/2019).

Pak Sutopo bukan seorang perokok, beliau menjadi perokok pasif & menderita kanker paru karena terpapar asap rokok di lingkungan kerjanya. Beliau meninggal pada usia 49 tahun pada hari Minggu, 7 Juli 2019 di Guangzhou.

Dalam video tersebut, Sutopo bercerita tentang penyebab penyakit kanker paru-paru yang ia derita meski ia dan keluarganya bukan perokok. Ia menduga terserang kanker paru-paru karena ia menjadi perokok pasif.

"Saya hidup sehat, ya ada kemungkinan salah satu sebabnya adalah saya perokok pasif," kata Sutopo.

Sutopo kemudian berpesan kepada generasi muda terutama anak-anak untuk tidak merokok.(iss/ipg)


Sumber :
https://senggang.suarasurabaya.net/news/2019/223187-Dipaksa-Menghirup-Asap-Rokok,-Perokok-Pasif-4-Kali-Lebih-Berisiko-Kanker-Paru

Tuesday, July 9, 2019

Say Not to Second Hand Smoke

"Awalnya kita di kantor BNPB dan sebagian besar karyawan yang ada di sana banyak yang merokok. Sebenarnya merasakan batuk-batuk, ada nyeri² di tulang sudah cukup lama.

Saya ke rumah sakit, ke dokter paru, disuruh rontgen kemudian disuruh CT Scan. Dokter mengatakan sampeyan sakit kanker paru stadium 4. Saya tentu shock. Pertama saya kasitau ya nangis semua karena kita semua tau lah, kanker itu tidak ada obatnya.

Saya tidak merokok, keluarga saya tidak ada yang merokok, saya hidup sehat. Ya ada kemungkinan salah satu penyebabnya adalah saya perokok pasif.

Ya buat generasi muda terutama anak² jangan merokok. Tidak ada orang akan menilai dia kelihatan gagah kalau merokok seperti iklan-iklan itu. Itu sangat menyesatkan. Stoplah rokok. Ingat bukan anda tapi untuk keluarga anda. Istri anda, suami anda, anak anda dan sebagainya.

--Sutopo Purwo Nugroho, 1969-2019--

*****************

Setelah almh. Nita Octobijanthy, istri dari Indro Warkop, yang wafat Oktober 2018 lalu, kini Pak Sutopo, Kepala Humas BNPB yang pergi mendahului kita. Keduanya sama² berpulang setelah berjuang melawan kanker paru stadium akhir. 

Ini bukan kisah pertama yang saya dengar. Salah satu tante suami juga berpulang beberapa tahun lalu karena kanker paru. Dan persamaan almarhumah bibi kami dengan almarhum Pak Sutopo, keduanya adalah perokok pasif. 

Kanker paru adalah salah satu jenis kanker yang sulit dideteksi pada stadium dini. Ini yang menyebabkan sulitnya mendapatkan pengobatan yang responsif. Sekitar 40% orang yang didiagnosis kanker paru, baru menerima diagnosis setelah penyakit kanker mencapai stadium 3.

Kanker (apapun) pada umumnya relatif mudah disembuhkan saat stadium dini namun sulit dideteksi gejalanya. Sebaliknya, kanker pada stadium akhir mudah dideteksi namun sulit disembuhkan. 

Orang² yang berisiko tinggi terkena kanker paru-paru diantaranya : memiliki riwayat merokok 30 tahun, berusia 55 hingga 80 tahun, dan merokok dalam 15 tahun terakhir. 

Seperti juga kanker lainnya, penyebab kanker paru memang multi faktor, tapi perokok pasif yang selama ini menjadi korban paparan asap rokok menjadi paling rentan dan memiliki risiko kena kanker paru. Penyebabnya bisa karena dia sebagai perokok pasif yang terpapar asap rokok langsung atau third hand smoke, dimana tidak terpapar asap langsung tapi melalui baju atau tembok yang sering terpapar asap rokok.

Seringkali perokok pasif tak sadar bahwa bahan pencetus kanker yang ada dalam rokok yang diisap seorang perokok menempel di mana-mana, seperti pakaian, sofa, tembok atau bahkan tubuhnya sendiri. Meski ia sedang tidak merokok, bahan karsinogenik ini berpotensi dihirup orang di sekitarnya termasuk anak². 

Kanker paru bisa jadi sudah ada di tubuh kita jauh sebelum sel²nya bisa terdeteksi oleh alat kedokteran. Saat kita menghirup asap rokok, campuran bahan kimia ini dikirim langsung ke paru-paru, di sinilah mulainya kerusakan pada paru-paru. 

Pada awalnya, kerusakan ini dapat diperbaiki oleh tubuh. Tapi serangan terus-menerus dan keberlanjutan dari merokok ini menyebabkan kerusakan pada jaringan paru-paru terus bertambah dan sulit ditangani. Kerusakan inilah yang mengakibatkan sel-sel bereaksi secara tidak normal hingga akhirnya muncul sel kanker.

Teman² yang saat ini masih merokok, yuk mulai sedikit² dikurangi. Kalau bisa berhenti itu lebih baik. Jangan jumawa merasa sombong karena merokok dan sehat² saja karena pada kenyataannya yang terpapar asap rokok bukan hanya kalian tapi juga orang lain. Dan orang lain ini yang beresiko terkena kanker lebih tinggi daripada kalian. 

Suami saya tidak merokok dan hidup sehat tapi ia kena kanker juga. Sampai sekarang saya selalu wanti² agar jangan sering² dekat dengan para perokok. Tapi terkadang tidak bisa dihindari. Biasanya kalau sudah begini, pakaiannya selalu langsung saya cuci. 

Kanker memang bisa menyerang siapa saja. Tapi ikhtiar hidup sehat itu wajib bagi siapa saja. Hindari stres, olahraga teratur, makan makanan bergizi dan halal, serta hindari merokok adalah beberapa diantara yang bisa kita lakukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Semoga karenanya kita semua bisa terbebas dari penyakit berbahaya seperti kanker.

*Yang mau share silakan. Postingan public bebas share, tidak perlu ijin, dan tidak akan saya jawab satu- satu*


Sumber :

https://www.facebook.com/photo/?fbid=10217583337728335&set=a.1089489770517

Tidak Merokok, Sutopo Lawan Kanker Paru-paru

Tidak Merokok, Sutopo BNPB Beberkan Perjuangannya Lawan Kanker Paru-paru Semasa Hidup


Akui tidak merokok, Sutopo Purwo Nugroho beberkan perjuangannya melawan kanker paru-paru semasa hidup, tak lupa beri pesan untuk para perokok aktif.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (7/7/2019).

Sutopo Purwo Nugroho menghembuskan nafas terakhirnya di usia 49 tahun di Guangzhou, China. Sutopo Purwo Nugroho disebut menderita kanker paru-paru stadium 4B yang telah menyebar ke tulang dan bagian tubuh lainnya.

Sebelumnya, Sutopo Purwo Nugroho ternyata pernah membeberkan perjuangannya melawan kanker paru-paru. Sutopo sendiri merupakan perokok pasif. Semasa hidupnya, ia mengungkapkan bahwa ia sering terpapar asap rokok di lingkungan kerjanya.

Hal itu ia ungkapkan dalam sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @suara_tanpa_rokok.

Melalui video tersebut, ia juga mengungkapkan bahwa ia dan keluarganya tidak ada yang merokok dan cenderung hidup sehat.
"Awalnya kita di kantor BNPB dan sebagian besar karyawan yang ada di sana banyak yang merokok. Sebenarnya merasakan batuk-batuk. Ada nyeri-nyeri di tulang juga sudah cukup lama. Saya ke rumah sakit, ke dokter paru disuruh rontgen, kemudian disuruh CT scan. Dokter mengatakan sampeyan sakit kanker paru stadium 4. Ya tentu saya shock. Pertama saya kasih tahu, ya nangis semuanya. Karena semua tahu lah, kanker itu tidak ada obatnya. Saya bukan perokok, keluarga saya tidak ada yang merokok, saya hidup sehat. Ya ada kemungkinan salah satu penyebabnya adalah saya perokok pasif. Ya buat generasi muda, terutama anak-anak, jangan merokok. Tidak ada orang akan menilai, dia akan kelihatan gagah kalau merokok seperti iklan-iklan itu. Itu sangat menyesatkan, stoplah rokok Ingat bukan anda, tapi untuk keluarga anda, istri anda, suami anda, anak-anak anda dan sebagainya," tutur Sutopo dalam video yang diunggah akun Instagram @suara_tanpa_rokok.
Hal ini ternyata bukan pertama kalinya Sutopo memberikan pesan untuk para perokok aktif. Sebelumnya, Sutopo pernah mengunggah sebuah video di akun Instagramnya @sutopopurwo pada November 2018 lalu.

Pada unggahan tersebut, Sutopo menulis caption yang berisi pesan untuk para perokok aktif. Ia menghimbau para perokok aktif untuk mengurangi atau berhenti merokok. Ia juga mengingatkan para perokok pasif untuk selalu menjauhi asap rokok.


Sumber :
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/07/09/tidak-merokok-sutopo-bnpb-beberkan-perjuangannya-lawan-kanker-paru-paru-semasa-hidup.

Related Posts